BAB
I
PENDAHULUAN
Problem posing
merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan
sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih
sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Dalam pembelajaran matematika,
problem posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus
menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut
akan dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru
melainkan perlu belajar secara mandiri. Problem posing dikatakan sebagai inti
terpenting dalam disiplin matematika. Silver dan Cai menulis bahwa ”Problem
posing is central important in the discipline of mathematics and in the nature
of mathematical thinking”.
Dalam hal kesulitan belajar matematika bukan
semata-mata karena materi pelajaran matematika, tetapi juga disebabkan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika yang kurang efektif.
Pembelajaran yang dikehendaki oleh kurikulum khususnya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang
mendorong siswa belajar aktif baik fisik, mental, intelektual, maupun sosial
untuk memahami konsep-konsep dalam matematika. Untuk menghadapi tuntutan
tersebut, maka seorang guru dituntut untuk menggunakan pendekatan yang melibatkan
siswa dalam belajar yang dapat mengaktifkan interaksi antara siswa dan guru,
siswa dan siswa, serta siswa dan bahan pelajarannya. Dengan demikian,
pembelajaran diarahkan pada aktivitas aktif siswa untuk menjadi terampil dalam
menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip
dalam matematika. Salah satu pendekatan
yang dapat digunakan untuk mendukung proses tersebut adalah pembelajaran
matematika dengan pendekatan problem posing. Beberapa hasil penelitian
menemukan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing memiliki dampak
positif terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu dengan pembelajaran problem
posing ini, siswa diharapkan dapat membuat soal sendiri yang tidak jauh beda
dengan soal yang diberikan oleh guru dari situasi-situasi yang ada sehingga
siswa terbiasa dalam menyelesaikan soal termasuk soal cerita dan diharapkan dapat menambah prestasi belajar
siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Problem
posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, yang mempunyai beberapa padanan dalam
bahasa Indonesia. Suryanto (1998:1) dan As’ari (2000:4) memadankan istilah
problem posing dengan pembentukan soal. Sedangkan Sutiarso (1999:16)
menggunakan istilah membuat soal, Siswono (1999:7) menggunakan istilah
pengajuan soal, dan Suharta (2000:4) menggunakan istilah pengkonstruksian
masalah.
Problem posing memiliki beberapa pengertian, yaitu
:
v
Pertama, problem posing ialah perumusan soal sederhana atau perumusan
ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat
dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit.
v
problem posing ialah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat
pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan
lain (Silver & Cai, 1996:294).
v
problem posing ialah perumusan soal dari informasi atau situasi yang
tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah penyelesaian suatu soal
(Silver & Cai, 1996:523).
problem posing yang digunakan adalah perumusan soal
yang sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan
agar menjadi lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka menyelesaikan soal
cerita operasi hitung campuran. Penelitian ini menggunakan informasi problem
posing yang terstruktur, yaitu informasi berupa soal yang perlu diselesaikan
oleh siswa. Berdasarkan soal cerita yang diberikan, siswa menyusun informasi
dan kemudian membuat soal berdasarkan informasi yang telah disusun. Selanjutnya,
soal-soal tersebut diselesaikan dalam rangka mencari selesaian sebenarnya dari
pertanyaan soal cerita yang diberikan.
Respon siswa yang diharapkan dari situasi atau
informasi problem posing adalah respon berupa soal buatan siswa. Namun
demikian, tidak tertutup kemungkinan siswa membuat yang lain, misalnya siswa
hanya membuat pernyataan.
Silver dan Cai (1996:526) mengklasifikasikan respon
tersebut menurut jenisnya menjadi tiga kelompok, yaitu
- Pertanyaan matematika,
Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang memuat masalah matematika
dan mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan.
Pertanyaan matematika ini, selanjutnya
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu
v Pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan
Pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan
adalah pertanyaan yang memuat informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk
diselesaikan, atau jika pertanyaan tersebut memiliki tujuan yang tidak sesuai
dengan informasi yang ada. Selanjutnya pertanyaan matematika yang dapat
diselesaikan juga dibedakan atas dua hal, yaitu pertanyaan yang memuat
informasi baru dan pertanyaan yang tidak memuat informasi baru.
v Pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan
- Pertanyaan non matematika
Pertanyaan non matematika adalah pertanyaan yang tidak memuat masalah matematika dan tidak
mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan.
- Pernyataan.
Pernyataan adalah kalimat yang bersifat ungkapan atau berita
yang tidak memuat pertanyaan, tetapi sekedar ungkapan yang bernilai benar atau
salah.
Respon yang dihasilkan siswa mungkin lebih dari satu
pertanyaan matematika. Antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan lainnya
dapat dilihat hubungan yang terjadi. Menurut Silver dan Cai (1996:302) ada dua
jenis hubungan antara respon-respon tersebut, yaitu hubungan simetrik dan
berantai.
·
Respon yang mempunyai hubungan simetrik disebut respon simetrik
yaitu serangkaian respon yang objek-objeknya mempunyai hubungan.
·
Sedangkan respon yang mempunyai hubungan berantai disebut respon
berantai. Pada respon berantai, untuk menyelesiakan respon berikutnya
diperlukan penyelesaian respon sebelumnya. Sehubungan itu, Kilpatrik (dalam
Siver & Cai, 1996:354) menyatakan bahwa salah satu dasar kosep koginitif
yang terlibat dalam pengajuan soal adalah assosiasi, yaitu kecendrungan siswa
menggunakan respon pertama sebagai pijakan untuk mengajukan soal kedua, ketiga,
dan seterusnya.
Berdasarkan tingkat kesukarannya, Silver dan Cai
(1996:526), mengklasifikasikan respon siswa menjadi dua dua kelompok, yaitu:
·
Tingkat kesukaran respon terkait dengan stuktur bahasa (sintaksis).
·
Tingkat kesukaran respon terkait dengan stuktur matematika (semantik).
Tingkat kesukaran respon yang berkaitan dengan
sintaksis dapat dilihat dari proposisi yang dikandungnya. Proposisi yang
digunakan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
·
proposisi penugasan, adalah pertanyaan (soal) yang memuat tugas untuk
dikerjakan.
·
proposisi hubungan, adalah pertanyaan yang memuat tugas untuk
membandingkan.
·
proposisi pengandaian. adalah pertanyaan yang menggunakan informasi
tambahan
Tingkat kesukaran respon berkaitan dengan stuktur
semantik, dapat diketahui dari hubungan semantiknya. Menurut Marshall (dalam
Silver & Cai, 1996:528) hubungan semantik respon siswa dapat dikelompokkan
menjadi lima kategori, yaitu:
·
Mengubah
·
Mengelompokkan,
·
Membandingkan,
·
Menyatakan kembali
·
Memvariasikan.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROBLEM POSING
Dalam setiap pembelajaran pasti ada sisi kelebihan
ataupun keunggulan dan kekuruangan atau kelemahan. Begitu juga didalam
pembelajaran melalui pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan
kelemahan menurut Rahayuningsih, 2002:18 dalam Sutisna, diantaranya
adalah:
v Kelebihan Problem Posing
1) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru,
tetapi dituntut keaktifan siswa.
2) Minat siswa dalam pembelajaran matematika
lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
3) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif
dalam membuat soal.
4) Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak
terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
5) Dapat membantu siswa untuk melihat
permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan
pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide
yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluan bahasan/ pengetahuan, siswa
dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.
v Kekurangan Problem Posing
1) Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi
apa yang dapat disampaikan
2) Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat
soal dan penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.
Ada beberapa definisi problem posing menurut para
ahli, antara lain:
1) Menurut Suyanto dalam Aips (2008) menyebutkan bahwa
problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya
digunakan istilah "pembentukan soal" yaitu perumusan soal atau
mengerjakan soal dari situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika,
atau setelah pemecahan masalah. Pembentukan atau pembuatan soal mencakup dua
macam kegiatan yaitu pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi
atau pengalaman sendiri dan pembentukan soal yang sudah ada.
2) Menurut tim penelitian tindakan matematika
(2003:2), problem posing diartikan sebagai membangun atau membentuk
permasalahan. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing ini pada intinya
adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah. Masalah yang diajukan
dapat berdasarkan pada topik yang luas dan soal yang sudah dikerjakan atau pada
informasi tertentu yang diberikan oleh guru.
3) Menurut
Suryanto (1998) dalam Chairani (2007), problem posing adalah perumusan soal
sederhana atau perumusan soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih
sederhana sehingga soal tersebut dapat diselesaikan. Biasanya perumusan soal
ini diterapkan pada soal-soal yang rumit agar menjadi lebih sederhana sehingga
memungkinkan untuk diselesaikan.
4) Menurut Silver (1996), problem posing memiliki
beberapa pengertian, yaitu:
o problem posing adalah pengajuan soal dari informasi
yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah kegiatan
penyelesaian,
o Perumusan soal yang berkaitan dengan syarat–syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam
rangka menari alternatif penyelesaian atau alternatif soal yang masih relevan,
o perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu
situasi yang tersedia.
Dalam pelaksanaanya dikenal beberapa jenis model
problem posing, antara lain:
a. Situasi problem posing bebas, siswa diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengajukan soal sesuai dengan apa yang
dikehendaki . Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari
sebagai acuan untuk mengajukan soal.
b. Situasi problem posing semi terstruktur siswa
diberikan situasi atau informasi terbuka. Kemudian siswa diminta untuk
mengajukan soal dengan mengkaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau informasi yang dihubungkan dengan
konsep tertentu.
c. Situasi problem posing terstruktur, siswa diberi
soal atau selesaian soal tersebut, kemudian berdasarkan hal tersebut siswa
diminta untuk mengajukan soal baru
Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing
adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan
soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Dengan
demikian, penerapan model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para
siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
2) Guru
memberikan latihan soal secukupnya.
3) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang
menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini
dapat pula dilakukan secara kelompok.
4) Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru
menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini,
guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang
diajukan oleh siswa.
5) Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Silver dan Cai mnjelaskan bahwa pengajuan soal
mandiri dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni
sebagai berikut.
a. Pre solution posing yaitu jika seorang siswa
membuat soal dari situasi yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat
pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.
b. Within solution posing yaitu jika seorang siswa
mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru
yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi,
diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan
yang ada pada soal yang bersangkutan.
c. Post solution posing yaitu jika seorang siswa
memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat
soal yang baru yang sejenis.
Dalam model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) siswa dilatih
untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika. Dengan
demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing sebagai berikut.
a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima
atau memperkaya konsep-konsep dasar.
b. Diharapkan
mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar.
c. Orientasi
pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar